Kamis, 31 Oktober 2013

CSS MoRA merupakan keluarga besar yang menjadi wadah organisasi para santri penerima PBSB dan sudah semestinya yang namanya keluarga akan selalu terhubung dengan komunikasi yang hangat dan dekat. Dan salah satu bentuk komunikasi  itu adalah silaturahim. Minggu, tertanggal 06 oktober 2013, CSS MoRA regional timur yang terdiri dari empat PTN yaitu: Univeritas Airlangga, Institur Teknologi Sepuluh nopember, IAIN Sunan Ampel dan UIN Maulana Malik Ibrohim Malang menggelar “Silaturahim Para Pengubah Takdir Bangsa 2025” dengan tema  ”Kita Santri Peduli Negeri”. Kegiatan ini dimulai dari pukul  09.00-16.30 di aula Fisip gedung C ruang 302. Prof. Ni Nyoman Tri Puspaningsih, M.Si., Direktur Pendidikan Universitas Airlangga sekaligus pembina CSS MoRA UA turut hadir, “CSS  memberikan virus yang baik di UNAIR, maka dari itu anak-anak CSS MoRA ini adalah kebanggaan saya” begitu ungkap Ibu Nyoman ketika memberikan sambutan. Ketua CSS MoRA Nasional, Imam Sahal dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pun turut hadir diagenda tahunan regional ini.
            Tak  hanya silaturahim tanpa ada bobot pembicaraan, dalam acara tahunan yang disebut ISTIHLAL ini terangkai dengan susunan acara mulai dari presentasi proker tiap PTN dan pengumuman dari pengurus CSS MoRA Nasional terkait penjelasan living cost (LC), sosialisasi program kerja CSS MoRA Nasional.
            Memasuki agenda inti, diadakan Talk Show yang diisi oleh Ketua ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia) Jatim, Bapak Ismail Nachu dengan tema “Kami Santri Peduli Negeri”. Masing-masing dari kita adalah pewaris sah bangsa ini, papar Bapak Ismail, kaum santri ditilik dari akar historisnya adalah kaum yang muncul dari aktivitas keagamaan puritan, yang kemudian turut pula berkontribusi dalam menggagas dan menopang gerakan nasionalisme Indonesia. Dewasa ini, berbagai problema dilematis dihadapi bangsa ini, permasalahan bangsa yang timbul sejauh ini lebih dikarenakan kaum terdidiknya yang justru  menjadi problem. Sebagai kaum muda dan santri, seharusnya problem-problem itu diatasi. Bagaimana menangkap ikan tanpa membuat airnya keruh, itulah baru cara santri menjawab permasalahan dengan berani menetap dalam kebenaran.
            “Saya berharap dari CSS muncul W.R. Supratman atau Jenderal Sudirman yang punya mimpi tentang negerinya”. Sebab Indonesia dengan segala permasalahannya bukanlah lantas terhidang utuk dijadikan kritik agar terlihat sebagai kaum kritis, bukanlah solusi ketika lebih mengutuk kegelapan dari pada menyalakan lilin. Karena dari awal tidak ada yang memilih untuk dilahirkan menjadi orang Indonesia, “karena ibu saya orang Pasuruan, maka saya harus menerima status saya sebagai warga negara Indonesia. Seandainya ibu saya bukan orang Pasuruan, saya akan lebih memilih keluar negeri saja”, tukas bapak Ismail. Dipenutup Tak Show Bapak Ismail Nachu berpesan “jika anda yang benar, maka rubahlah sistem. Jika sistem yang benar, maka rubahlah diri anda”.
            Setelah talk show kemudian dilanjutkan dengan testimoni oleh alumni CSS MoRA yang telah kembali mengabdi di Pondok Pesantren, yaitu Vicky Vendi alumni UA 2007 dan Lutfi alumni UGM. Mereka menceritakan pengalaman dan gambaran apa yang mereka lakukan ketika kembali kepesantren, mengabdi. Kemudian acara semakin dipermanis denga hiburan berupa penampilan tari saman, banjari, games pengakraban dan penampilan dari tiap PTN berupa tari-tarian,  drama, dan musikalisasi puisi menambah ruahnya canda tawa riang peserta yang berjumlah lebih dari 400 orang. “Acara regional ini adalah tahun ke-4 sekaligus tahun terakhir diselengarakan, namun semoga silaturahim 4 PTN di regional timur ini tidak berakhir dan berhenti sampai di sini saja”, tutur M. Syafrizal Izaqi, ketua CSS MoRA UA, mahasiswa Fakultas Fisip jurusan Hubungan Internasional. (Ls)