Minggu, 07 Desember 2008

Hampir setahun kita bersama. menjalani kehidupan ini bersama2 shobat.
dengan penuh suka dan cita. ketika cobaan itu datang, ketika engkau mulai sakit, akupun merasakan sakit itu.terlebih ketika kau putuskan untuk cuti karena sudah tidak sanggup berangkat ke kampus. waktu itu hanya untaian doa yang selalu mengucur di setiap akhir sholatku untuk kesembuhanmu.
agar kita bisa bersama lagi...berangkat kuliah melawan panasny terik matahari kota Surabaya yang menurutmu sangat panas.
aku masih ingat, tempat favoritmu adalah ATM Mandiri dan Laboratorium Bahasa lantai satu. ya maklum aja, disana sejuk sekali. aku juga masih ingat ketika raut kegembiraan wajahmu ketika hendak berangkat ke Bandung dalam rangka Pembinaan Santri tahun lalu... Indah sekali terasa kalau semua itu dikenang.

Masih ingatkah engkau kita berselisih pendapat masalah Ariel Peterpan dan Peterpannya. kau sangat suka dengan mereka. sedangkan aku tidak. aku selalu mengomel ketika kamu menyanyikan lagu-lagu Peterpan. Tapi kita punya kesamaan. sama-sama suka Ungu. Teriakan suaramu ketika menyanyi di rumah membuat Rizal bilang klo kamu sedang kasmaran. hehehe....

Tau ga' kamu shobat... sebenarnya tiap sholat aku minta hidupku berhenti sekarang juga. karena taukah engkau...aku sudah gak kuat menjalani hidup ini. tapi ternyata...engkau pergi mendahuluiku. aku juga tidak pernah menyangka itu terjadi. aku tidak menyangka kita tidak akan bisa berangkat ke kampus bersama-sama lagi. tidak akan bisa menyandang gelar Sarjana bersamamu. dan tak akan bisa melihat wajahmu lagi teman.....

Jujur aku gak siap untuk itu...aku merasa kebersamaan kita baru sebentar. kita beru bertemu bulan Juli di asrama kampus C waktu matrikulasi. awalnya dulu aku ga' nyangka kamu anak sastra Inggris. eh ternyata.....
aku jadi teringat ketika ngisi'in KRS kamu semester3 kemarin. kita ngobrol lewat telpon. engkau memilih beberapa matkul yang semester satu kemarin hancur dan beberapa matkul yang lain. oh......... kenapa aku harus mengingat itu semua teman.........Di penghujung waktu kita smsan aku sangat senang teman.... karena engkau bilang aku adalah bestfriendmu....

Aku tak menyangka akan secepat ini... tapi aku hanya bisa berdoa. semoga inilah yang terbaik untukmu. dan perlu engkau tahu teman...walaupun aku tidak bisa melihat wajahmu, tidak bisa lagi berangkat ke kampus denganmu, ga' bisa mendengar suaramu lagi.... tapi semua itu masih bisa teringat di kepalaku. sampai kapan pun. engkau akan ada di hati ini. karena kita tidak hanya teman, bukan hanya sahabat, tapi saudara.
Semoga engkau tenang disana. dan semoga kita dipertemukan kembali di surga-Nya kelak. amin.... amin....amin....
Selamat Tinggal Wawang....
I MISS U......

By:
Abaz....

Kamis, 27 November 2008

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah swt..
Akhirnya Kluarga Besar Santri Depag (kaSSande) Unair punya anggota keluarga baru..
Gag tangung-tanggung 50 orang masuk menjadi anggota baru keluarga ini..
Berasal dari background pendidikan yang sama tapi berasal dari ribuan kota yang berbeda-beda..
Meskipun beda asal,, kami tetap mempunyai visi dan misi yang sama yaitu mencerdaskan generasi muda bangsa ini terutama bagi yang berlatar belakang Santri..
Dengan bertambahnya amunisi ini, kami sangat berharap agar Santri tidak lagi dianggap remeh oleh masyarakat di luar sana,. Tidak hanya orang-orang yang berlatar belakang sekolah umumlah yang pantas untuk kuliah di PTN-PTN seluruh Indonesia bahkan dunia.. buKtinya,, KAMI MAMPU..
88 anggota KaSSande,,, tunjukkan keberadaan kita di muka umum dengan prestasi-prestasi yang kita milki..
Buat mereka terheran-heran akan bangkitnya generasi Santri..
Semoga dengan bergabungnya kita di keluarga ini,, merupakan titik awal kebangkitan generasi Islam di muka bumi ini..
Jangan mau diremehkan dan jangan pernah minder...YAKIN KITA BISA...

Senin, 17 November 2008


Keluarga Besar Santri Depag Unair, Kamis (30/10) melakukan kunjungan ke sekretariat Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Airlangga (BEM Unair). Sebanyak lima orang pengurus KaSSanDe / CSS MoRA Unair bertamu ke sekretariat BEM dan disambut ramah oleh Presiden BEM Unair, Adri Suyanto.
Presiden BEM Unair yang sering muncul sebagai motivator di berbagai acara baik di lingkungan Unair maupun di luar Unair ini sedikit memberikan pesan dan wejangan untuk para pengurus serta memberikan tips untuk berkembangnya organisasi baru seperti KaSSanDe. Tujuan dari kunjungan yang dilakukan KaSSanDe sendiri tersebut adalah ingin menjalin silaturrahmi dengan BEM karena keberadaan KaSSanDe di Unair belum terlalu diketahui oleh masyarakat Unair terlebih oleh mahasiswa. Sehingga pada kesempatan tersebut, KaSSanDe berharap untuk dijadikan saudara baru oleh kalangan mahasiswa serta organisasi di Unair.
Kunjungan ke BEM Unair sendiri merupakan salah satu progam kerja Divisi Public Relations (Humas) KaSSanDe Unair yang baru saja disusun ketika rapat kerja satu bulan lalu. Dan ini merupakan progam kerja kedua yang terlaksana setelah progam KaSSanDe on Media yang kegiatannya sudah terpubliksaikan di Harian Duta Masyarakat.

Rabu, 24 September 2008

Hari ini terasa panas sekali. Apalagi kalau sedang berdesak-desakan di pasar tradisional seperti ini. Panasnya bahkan terasa berkali lipat. Hari ini aku sedang mencari sesuatu buat bapak. Sesuatu yang spesial buatnya. Besok lusa, bapak berulang tahun. Sudah lama aku tidak merayakan ulang tahunnya. Bahkan, ketemu saja aku tidak pernah. Semua ini karena aku merantau ke kota lain.

Ah, aku jadi teringat peristiwa itu…

"Buat apa tho kuliah iku? Bapak yo ora duwe dhuwit, Le, buat bayar. Toh, di rumah ada sawah. Sawah itu aja kamu rawat."

"Bapak, aku ora minta Bapak buat bayarin kuliahnya Arman. Arman cuma minta doa restu Bapak. Arman mau kuliah sambil kerja di sana, Pak."

"Kerja apa? Lha wong ijazah kamu cuma lulusan SMA."

"Ya wis, Bapak juga tau toh kalau ijazah SMA itu tidak ada apa-apanya. Makanya, Bapak izinkan Arman kuliah."

"Pokoknya, Bapak ora ngijinin kamu kuliah. Kamu harus tetep di rumah bantu Bapak di sawah."

Aku langsung pergi ke kamar setelah mendengar perkataan bapak. Entah apa yang kurasakan saat itu. Bingung? Mungkin juga. Benar kata bapak, mencari kerja dengan ijazah SMA sangat sulit. Yang punya ijazah sarjana saja masih sulit nyari kerja, apalagi aku.

Tapi, kalau aku tidak kuliah dan cuma jaga sawah, aku juga tidak bisa meraih cita-citaku sebagai guru. Pikiranku terus berputar. Lama kelamaan, aku tambah puyeng.

Tok, tok, tok...
Kudengar suara ketukan pintu dari luar.
"Man, ini Ibu, Nak..."

Aku langsung membukakan pintu buat ibu. Saat itu, aku melihat wajahnya nan lembut. Rasa bingungku jadi hilang tak terbekas seketika itu juga. Namun, kulihat mata ibu yang memerah bekas tangisan. Mungkin, tadi ibu mendengar semua pembicaraanku dengan bapak tadi.

"Man, kamu ora usah ngelawan bapakmu tho, Nak. Bapakmu itu wataknya keras, ora bakal bisa berubah."

Mendengar apa yang ibu katakan, aku langsung kecewa. Padahal, selama ini ibu selalu membela dan memberi motivasi dalam segala keadaanku. Sekarang, ibu bahkan tidak memberiku semangat, malah menyuruhku menuruti kemauan bapak.

"Ibu kok gitu, tho. Ibu juga tau hidup di zaman sekarang tidaklah gampang. Yang bodoh akan menjadi buruh dan pembantu bagi yang pintar serta bermartabat tinggi. Ibu mau Arman jadi seorang petani selamanya?" ungkapku pada Ibu.

"Ibu tidak ingin punya anak lulusan sarjana, punya titel seorang sarjana pendidikan yang menjadi guru, yang punya mobil, atau yang bisa ngajak ibu jalan-jalan ke mana pun Ibu inginkan?" Kulihat ibu meneteskan air mata. Aku pun sebenarnya tidak tega mengatakan semua ini. Tapi, aku harus melakukannya.

"Ibu ingin, Nak. Ingin sekali. Tapi, kamu nanti bayar kuliahmu pakai uang apa? Bapak dan Ibu di sini ora bisa biayain kamu kuliah. Buat makan sehari-hari aja susah," kata ibuku sambil menangis.

"Bu, Arman bakal cari kerjaan supaya bisa biayain kuliah Arman sendiri. Walau berbekal ijazah SMA, Arman yakin, Bu."

"Man, kamu anak laki-laki Ibu satu-satunya. Kamu adalah anak yang paling Ibu sayangi. Mbak kamu udah berkeluarga, tinggal kamu yang kami punya."

"Justru karena Arman anak laki-laki satu-satunya, Bu, Arman merasa punya kewajiban. Arman pengin buat Ibu dan bapak bahagia, juga bisa memberangkatkan Bapak sama ibu untuk pergi haji," kataku meyakinkan ibu.

Ibu mengusap air matanya, "Kamu memang sama seperti bapakmu. Keras kepala." Ibu mengelus kepalaku sambil tersenyum tipis. Aku bahagia melihatnya. Ibu lalu keluar.

Aku bingung sekarang. Aku sangat menyayangi ibu. Sangat sulit untuk berpisah dengannya. Tapi, apa yang harus kulakukan sekarang? Tiba-tiba aku punya pikiran untuk kabur dari rumah. Mungkin, itu cara satu-satunya untuk membuktikan pada bapak dan ibu kalau aku bisa meraih cita-citaku.

Aku segera merapikan baju-bajuku dan mengambil semua uang simpananku selama ini. Aku hitung semua. "Alhamdulillah, ada tujuh juta. Tidak percuma aku menabung dan menyisihkan uang jajanku selama ini."

Lantas, kutulis sepucuk surat untuk ibu dan bapak.


Untuk Bapak dan Ibuku tercinta
Bapak dan Ibu... Arman menulis surat ini dengan linangan air mata. Dengan rasa sesal dan rasa sedih, Arman meninggalkan surat ini untuk Bapak dan Ibu. Bapak dan Ibuku tercinta, Arman sebenarnya tidak ingin meninggalkan Bapak dan Ibu dengan cara seperti ini. Tapi, Bapak dan Ibu tidak bisa mengerti apa yang Arman inginkan.

Arman hanya ingin meraih cita-cita dan bisa membahagiakan Bapak dan Ibu. Kelak, Arman janji akan pulang dengan membawa undangan wisuda Arman. Arman hanya meminta doa dan restu Bapak dan Ibu agar apa yang Arman lakukan dan cita-citakan dapat berhasil.

Maafkan Arman, ya, Pak. Ini semua demi masa depan Arman. Sekali lagi doakanlah Arman selalu agar bisa meraih cita-cita.

Ananda Tercinta Arman


Peristiwa itu selalu menjadi kenangan. Tapi, kali ini aku benar-benar membawa apa yang aku janjikan. Undangan untuk pelaksanaan wisuda yang akan dilaksanakan satu minggu lagi.

Lima jam lagi, aku akan tiba di terminal. Aku udah tak sabar ingin bertemu bapak dan ibu. Sudah lama sekali rasanya. Bagaimana ya ekspresi mereka nanti? Aku tersenyum-senyum sendiri. Hingga kemudian, aku tertidur.

***

Tak terasa, aku sudah sampai di terminal. Dari terminal ini, aku harus naik angkot untuk menuju desaku. Desaku memang agak terpencil, jaraknya lumayan jauh dari terminal. Sepanjang perjalanan, kuamati setiap jalan dan pemandangan di sekitar. Sudah banyak berubah dari saat kutinggalkan dulu.

Akhirnya, aku sampai di gerbang desaku. Saat itu, matahari berada tepat di atasku. Biasanya, orang-orang sedang pergi ke sawah sekarang. Aku segera melangkahkan kaki menuju rumah.

Rumahku tidak berubah. Catnya masih sama seperti dulu, hijau. Warna favorit Ibu. Halamannya juga tidak berubah. Hanya pohon mangga besar yang dulu sering kupanjat yang tidak ada.

"Assalamualaikum," aku tak sabar mendengar jawaban salamku.

"Waalaikumsalam," kulihat seorang perempuan berumur lima puluh tahunan keluar dari dalam rumah. Aku segera berlari dan bersujud di kakinya. Air mataku tak terbendung lagi. Akhirnya, aku bisa bertemu dengan ibu.

"Ibu…" segera kupanggil namanya. Ibu pun langsung menuntunku berdiri. Kupandangi wajahnya. Ibu menangis. Walau sudah tua, wajahnya masih kelihatan segar dan kecantikannya pun masih terlihat.

"Bu, Arman kangen Ibu… Bapak mana, Bu?" Aku berlari ke dalam rumah dan mencari bapak. "Pasti bapak lagi di sawah, ya, Bu?"

"Bu, ini Arman bawakan apa yang Arman janjikan pada Ibu dan Bapak, undangan wisuda. Selasa depan Arman diwisuda, Bu... Arman juga bawa pakaian untuk dipakai Ibu dan Bapak di wisuda nanti." Saat itu, kupandang wajah ibu. Dia menangis.

"Ibu ... kok menangis?" tanyaku.
"Bapakmu, Man...." Ibu bicara sambil menangis.
"Ada apa dengan bapak, Bu? Bapak masih marah sama Arman, ya?" tanyaku lagi.
"Bapakmu, bapakmu.... Bapakmu meninggal satu tahun yang lalu, Nak."

Aku kaget mendengar apa yang ibu katakan. Bungkusan plastik berisi pakaian Ibu dan Bapak langsung jatuh. Air mataku tumpah.

"Bapak....meninggal, Bu? Bapak telah meninggal? Nggak mungkin, Bu..." Aku segera memeluk Ibu. Aku merasa menjadi anak durhaka, tangisku pun semakin jadi.

***

"Man, makan dulu, Nak," kata ibu malam itu.
"Arman ndak lapar, Bu." Ibu menghampiriku.
"Man, bapakmu bahagia sekali ketika kamu berangkat. Setiap malam dia bangun dan mendoakanmu. Dia bangga punya anak seperti kamu, Man." Aku memandang wajah ibu.

Mendengar perkataan ibu, aku semakin bahagia. Apalagi, ketika hari wisuda tiba, gelar mahasiswa terbaik berhasil kuperoleh. Saat berjalan ke arah panggung, aku ingat bapak. Ribuan tepuk tangan kudengar. Di sebelah sana, kulihat ibu tersenyum bangga padaku.

"Bapak, semua ini kupersembahkan untukmu. Semua yang kuraih sekarang semoga menjadi kado yang membahagiakanmu di alam sana." batinku sambil menarik napas, menerima penghargaan dari rektor.
(Oleh: Fathul Abas)


Dipublikasikan di Jawa Pos, 24 Maret 2008
Dari pada kosong... ya kumasukin cerpen Q. hehehe

Minggu, 11 Mei 2008

From day to day, going reciting the Al-Qur'an and Al-Hadith
Deepening  wisdom by elaborating and analyzing the substances
Without feeling  tired and exhausted
The duties have to be accomplished and reached
Nowadays, They come here
They are brand -new students that come from Pesantren.
They have bravery, spirit, and force to deal with diverse challenges
They don't inherit  the highly developed  sciences from their  teachers
However, the teachers instill them the massive desire to get those
They are willing to get outside from their hometown to obtain grandeur
They are ready to use  the leisure  time to execute their duties
They don't  know word "hopeless"
They are going to combine sophisticated and religious sciences
They are prepared not to meet their  family to realize their dreams
Finally, In the future, they're going to get back and advance the Pesantren
Do You know who they are?
They are SANTRI UNAIR

By : KaSSanDe 07

KaSSanDe Unair

Temen-temen mungkin bertanya-tanya saat membaca halaman depan buletin ini, apa sih CSS Regional III? apa sih KaSSanDe Unair? Oke, sekarang kami akan coba menjelaskan tentang dua hal tersebut di atas plus sedikit informasi tentang Unair.
Keluarga Besar Santri Depag UNAIR atau yang lebih sering disebut KaSSanDe UNAIR adalah organisasi yang dibentuk oleh temen-temen penerima Beasiswa Santri Berprestasi Departemen Agama RI di Universitas Airlangga. Organisasi ini dibentuk disela-sela kegiatan matrikulasi tahun lalu (2007 red.), tepatnya hari rabu malam kamis tanggal 18 Juli 2007 di Asrama Putra Kampus C; tempat dimana kami ditempa layaknya Gatotkaca yang ditempa di kawah candra dimuka sebelum nantinya kami terjun ke dunia perkuliahan yang sebenarnya.
Organisasi yang dipimpin oleh Agus Salim (Psikologi) ini dibentuk untuk menjaga rasa persaudaraan yang telah tercipta antara santri satu dengan santri yang lain yang telah tercipta pada program matrikulasi sebelumnya. Hal ini mengingat bahwa pada dunia perkuliahan yang nyata kami akan sibuk dengan dunia kami di fakultas masing-masing, belum lagi ditambah dengan kampus kami yang berbeda dan saling berjauhan.
Kami beranggotakan 33 orang dan tersebar di 8 Fakultas dan 3 kampus yang berbeda, 8 orang di kampus A (Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Gigi), 14 orang di kampus B (Fakultas Ekonomi, Farmasi, Sastra dan Psikologi) dan yang terakhir 11 orang di kampus C (Fakultas Kesehatan Masyarakat dan FMIPA). Jumlah ini cukup membanggakan bagi kami. Entah disengaja apa tidak kami kurang tahu, kenapa jumlah kami dipilih angka 33, angka yang sama persis dengan jumlah tasbih kecil dan sepertiga dari asmaul husna. Bagi kami, jumlah ini unik, belum lagi jumlah antara anggota laki-laki dan perempuannya yang juga unik, 21 orang perempuan dan 12 orang laki-laki. Namun terlepas dari aneh tidaknya jumlah tersebut, kami sangat bersyukur sekali diberi kesempatan oleh-Nya untuk mengemban amanah yang cukup besar ini.

Selengkapnya


CSS Regional III

Community of Santri Scholar atau biasa disebut sebagai CSS adalah suatu organisasi yang beranggotakan seluruh peserta Beasiswa Santri Berpretasi Departemen Agama RI seluruh Indonesia. Jika kami tersebar di 8 fakultas yang berbeda, anggota CSS tersebar di 9 Perguruan Tinggi dan 5 provinsi yang berbeda. Di Jakarta UIN Syarif Hidayatullah, terus di Jawa Barat ada Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Institut Teknologi Bandung (ITB), di Jawa Tengah ada IAIN Wali Songo Semarang, di DI Yogyakarta ada Universitas Gajah Mada (UGM) dan UIN Sunan Kalijaga (UIN SUKA), dan terakhir di Jawa Timur ada IAIN Sunan Ampel, Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) dan di sini, di Universitas Airlangga.
Organisasi yang resmi berdiri bulan Desember lalu ini, dibagi menjadi tiga wilayah atau yang biasa disebut regional, Regional I untuk wilayah Jakarta dan Jawa Barat, Regional II untuk Jawa Tengah dan DI Yogyakarta dan Regional III untuk Jawa Timur. Itulah kenapa pada halaman depan tertulis CSS Regional III; KaSSanDe Unair.

Univeritas Airlangga (Unair)

Kami di sini tidak akan panjang lebar menceritakan tentang kampus tercinta kami, Univeritas Airlangga. Berangkat dari pengalaman tahun lalu, beberapa teman kami ada yang masih bingung tentang Unair, oleh karena itu kami ingin menjelaskan sedikit tentang Unair itu sendiri.
Bukan sejarah atau hal-hal akademis yang akan kami sampaikan. Hal pertama yang ingin kami sampaikan di sini bahwa Universitas Airlangga dibagi menjadi tiga kampus, Kampus A, B dan C.
Kampus A berada di depan rumah sakit Dr. Soetomo tepatnya di Jl. Mayjend Prof. Dr. Moestopo No. 47, kurang lebih 400 meter dari Stasiun Kereta Api Gubeng Surabaya. Kampus A meliputi Fakultas Kedokteran (FK) dan Fakultas Kedokteran Gigi (FKG).
Kampus kedua adalah kampus B. Kampus ini berada di Jl. Airlangga No. 4-6, di depan Rumah Sakit “Graha Amerta” Dr. Soetomo. Sekitar 500 meter dari Stasiun Kereta Api Gubeng Surabaya. Kampus B meliputi Fakultas Ekonomi (FE), Fakultas Hukum (FH), Fakultas Farmasi (FF), Fakultas Psikologi (FPsi), Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP), dan terakhir Fakultas Sastra (FS). Perpustakaan Pusat dan Gedung Serba Guna Universitas Airlangga juga berada di Kampus ini.
Sedang kampus ketiga adalah Kampus C. Kampus ini adalah kampus baru Universitas Airlangga dan kampus terluas di Unair. Kampus yang ada di Jl. Mulyorejo ini dekat dengan Galaxy Mall, sekitar 500 meter di utaranya. Fakultas yang berada di kampus ini adalah Fakultas Kedokteran Hewan (FKH), Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), dan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Kampus ini terhitung cukup istimewa karena Kantor Administrasi dan Rektorat ada di sini, terus Auditorium Unair, Lembaga Penelitian serta Tropical Disease Centre (TDC) juga ada di sini. (red.)

Sabtu, 10 Mei 2008

Selamat datang di blog KaSSanDeniards!

Blog ini adalah blog milik temen-temen program Beasiswa Santri Berprestasi Departemen Agama RI yang di Universitas Airlangga Surabaya.

Apa itu KaSSanDe Unair?
KaSSanDe Unair atau Keluarga Santri Depag Unair adalah kumpulan temen-temen yang ikut program Beasiswa Santri Berprestasi Departemen Agama RI yang di Universitas Airlangga Surabaya. Untuk saat ini organisasi ini diketuai oleh Sdr. Agus Salim (Fak. Psikologi Unair). Beranggotakan 33 orang dengan rincian 21 orang cewek dan 12 orang cowok.

Kita gak muluk-muluk. Kita bikin blog ini, hanyalah sebagai sebuah sarana, wadah atau apalah yang sejenis dengan itu. Semoga blog ini bisa bermanfaat, pertama bagi kami dan secara umum untuk masyarakat. (red.)