Sabtu, 27 Juni 2009

Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Selamat sore pemirsa, sore ini saya Fathul Abas akan membawakan berita dalam negeri.
Setelah heboh kabar meninggalnya Michael Jackson, para anggota CSS MoRA (Community of Santri Scholars of Ministry of Religious Affairs) Unair tidak terpengaruh. sehingga para panitia tetap mengadakan selametan penyambutan anggota baru CSS MoRA Unair 2009 (Apa hubungannya dengan kematian Jacko ya...Hehehehe).

GIFT (Gathering fot Ta'aruf) CSS MoRA UNAIR

Sabtu, 27 Juni 2009 Lantai 3 Perpustakaan Kampus C Universitas Airlangga Surabaya tampak ramai.Pada hari itu acara pengenalan anggota CSS MoRA Unair diadakan disana.
Sekitar pukul 07.30 WIB acara dibuka MC ternama yang didatangkan dari salah satu stasiun ternama Fathul Abas_Sastra Inggris'07 (kata mas Tije didatangkan dari USA, dan tidak lolos American Idol, piye maksude) dan rekannya M. Iqbal Abdul G_Sastra Inggris'08 yang sudah di datangkan dari Saudi Arabia (Wakakakakakaka), dengan sistem MC trilingual yakni Bahasa Arab, Inggris, dan Indonesia. (Keren g'sech....maunya 10 bahasa, ditambah jawa, jawa ngoko, krama madya, krama inggil, tegal dan masih banyak yang lainnya)
Tidak afdol pula jika dalam suatu acara tidak ada pembacaan ayat suci al-Qur'an, maka dalam kesempatan ini dibacakan oleh Saudara Awal dari 2009.

Dalam acara yang diketuai oleh saudara Ahmad Saifullah Yusuf (Psikologi'08) ini, juga diputar video tentang pengenalan kampus, serta pengenalan anggota CSS MoRA Unair 2007 dan 2008.
Bukan hanya itu yang membuat acara CSS MoRA Unair berbeda, para akhwat/cewek dari angkatan 2007 dan 2008 mempersembahkan tarian Saman untuk penyambutan keluarga baru CSS MoRA Unair tersebut.
tidak hanya itu, para ikhwan/cowok pun juga tidak mau kalah sehingga berusaha memberikan yang terbaik dengan menampilkan Nasyid Kassavo (KaSSanDe Voice).

Setelah acara formal yang diadakan di Lantai 3 Perpus kampus C tersebut, acara diganti dengan pengenalan yang lebih akrab sesama jenisnya(istilahnya rek...)
Yang cewek tetap di lantai 3 Perpus, dan yang cowok di Stucent Center yang lama.
Dan dalam acara pengakbaban tersebut telah di desain sedemikian hingga oleh panitia GIFT 2009.
Udah dulu rek...pegel iki ngetiknya. selamat aja ws buat panitia yang dah pontang panting. Buat group tari dan nasyidnya juga....Teruskanlah Kau begitu...

Hahahahaha............

Wassalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

By: Humas CSS MoRA Unair
NB: Maaf jika ada salah kata ataupun salah cetak dan over narsis. hehehehe

Rabu, 11 Maret 2009

Dalam rangka ujian akhir semester (UAS), teman-teman FIB '07 yang mengambil mata kuliah Introduction to Literature mengadakan pementasan drama sebagai syarat penilaian UAS. Termasuk teman-teman Kassande FIB '07 yang kebetulan sebagian besar tergabung dalam kelompok yang sama. Kelompok yang terdiri dari Ainun Mardhiah, Siti Sundari, Robitotul Asna, Moh. Ainur Ridlo, Muhtar Tajudin dan beberapa teman Sasing lainnya ini kebagaian tugas menampilkan drama “Mullato” karya Langston Hughes yang ditulis pada awal 1930an dan pertama kali dipentaskan di Broadway pada 1935. Mullato sendiri mengangkat tema tentang isu perbedaan ras ( warna kulit) yang masih bertahan pada masa itu. Mullato adalah sebutan untuk anak yang mempunyai darah keturunan dari orang tua kulit hitam dan kulit putih.
Dalam drama yang penuh intrik dan konflik tersebut menceritakan betapa praktek apartheid masih berjaya bahkan hingga ke sendi-sendi kehidupan yang paling sederhana sekalipun. Dikisahkan Kolonel Thomas Norwood, seorang pemilik perkebunan di Georgia yang arogan dan idealis, yang memiliki tiga anak dari seorang wanita kulit hitam bernama Cora Lewis. Hughes menceritakan bagaimana Norwood masih memegang prinsip apartheid bahkan terhadap anak-anak kandungnya sendiri dalam kehidupan sehari-hari.
Pementasan drama “ Mullato” yang diselenggarakan di Auditorium FIB pada Rabu 7 Januari 2009 tepat pada pukul 15.00 WIB ini Alhamdulillah berjalan dengan lancar. Seluruh kru tim drama “Mullato” bekerja sama dan mengerahkan kemampuan mereka seoptimal mungkin sehingga di akhir pementasan Ibu Sudar Itafarida selaku koordinator mata kuliah Introduction To Literature tampak puas dengan kreasi perdana anak-anak didiknya itu.
Agaknya teman-teman Kassande FIB '07 juga merasa puas karena akhirnya pementasan drama mereka bisa terlaksana setelah sebelumnya berjuang selama berminggu-minggu untuk latihan, di tengah-tengah kesibukan kuliah dan liburan akhir tahun. Seperti yang diungkapkan Siti Sundari yang berperan sebagai Cora Lewis dalam drama tersebut, “ Alhamdulillah akhirnya gawe ini selesai juga. Karena persiapannya benar-benar minimalis. Tapi untuk penghayatan peran kami sudah lumayan 'dapet'. Cuma untuk kostum dan setting panggung mungkin masih harus diperbaiki lain kali”.
Membumikan aksara, memperluas tsaqofah islamiyah


Siang itu, Jum'at 5 Desember 2008 suasana auditorium Fakultas Ilmu Budaya yang terletak di lantai dua terasa agak berbeda dari biasanya. Terlihat sisi dalam auditorium yang telah disulap menjadi panggung cantik bernuansakan padang pasir ala Timur Tengah. Menurut beberapa teman FIB, siang itu bakal digelar sebuah talk show jurnalistik bertajuk : Dakwah Dengan Pena, yang dihadiri sejumlah penulis dan pakar di bidang jurnalistik. Diantaranya tampil sebagai pembicara adalah Shinta Yudisia yang selain kita kenal sebagai penulis best-seller lewat karyanya “ Lafadz-lafadz Cinta” juga memangku jabatan sebagai ketua FLP Jawa Timur. Lalu Asril. N. A selaku ketua FLP Ranting Universitas Airlangga. Tak ketinggalan hadir sebagai pemateri adalah Abimardha. K, penyair FIB yang telah menelorkan karyanya lewat antologi puisi bersama, dan Majdi yang mantan ketua UKMKI Unair.
Acara yang terselenggara berkat kerja solid teman-teman SKI Fakultas Ilmu Budaya tersebut, Alhamdulillah mampu menyedot banyak audiens. Acara dibuka dengan pembacaan kalam Ilahi oleh Fathul Abas yang juga anggota CSS Mora- Unair, lalu dilanjutkan dengan teatrikal puisi oleh Ucil, mahasiswa Sastra Indonesia yang juga pengurus FLP Unair. Menginjak inti acara yakni diskusi bersama, Shinta menekankan bahwa kewajiban berdakwah bagi seorang muslim seperti kita tidaklah harus selalu dilakukan dengan aksi-aksi. Cara lain yang lebih mengena adalah dakwah dengan pena ( menulis.red). Melalui tulisan, misi dan buah pikiran kita akan tersebar luas ke berbagai kalangan di seluruh penjuru dunia. Dan terkadang, orang justru bisa lebih mudah diajak menuju kepada kebaikan ketika disodori wacana dalam bentuk tulisan, ketimbang diberi ceramah yang berapi-api.
Salah satu bukti nyata keampuhan dakwah dengan pena, seperti diungkapkan Majdi, adalah saat BEM di seluruh universitas di Indonesia menggelar aksi tolak kenaikan harga BBM, BEM Unair tampil berbeda dengan membuat tuntutan secara tertulis. Cara yang lebih santun tersebut nyatanya justru mendapat tanggapan dari Presiden RI, dibanding pihak-pihak lain yang melakukan aksi.
Agaknya, selain sebagai penyalur kreativitas dan hobi, menulis memang mutlak harus kita mulai sejak saat ini. Karena seperti diungkapkan Mbak Shinta, kita sebagai mahasiswa adalah juga khalifah Allah yang mempunyai tugas untuk mengajak orang menuju kepada kebaikan. ( Obit )