CSS
MoRA merupakan keluarga besar yang menjadi wadah organisasi para santri penerima
PBSB dan sudah semestinya yang namanya keluarga akan selalu terhubung dengan
komunikasi yang hangat dan dekat. Dan salah satu bentuk komunikasi itu adalah silaturahim. Minggu, tertanggal 06
oktober 2013, CSS MoRA regional timur yang terdiri dari empat PTN yaitu: Univeritas
Airlangga, Institur Teknologi Sepuluh nopember, IAIN Sunan Ampel dan UIN
Maulana Malik Ibrohim Malang menggelar “Silaturahim Para Pengubah Takdir Bangsa
2025” dengan tema ”Kita Santri Peduli Negeri”.
Kegiatan ini dimulai dari pukul 09.00-16.30
di aula Fisip gedung C ruang 302. Prof. Ni Nyoman Tri Puspaningsih, M.Si., Direktur
Pendidikan Universitas Airlangga sekaligus pembina CSS MoRA UA turut hadir,
“CSS memberikan virus yang baik di
UNAIR, maka dari itu anak-anak CSS MoRA ini adalah kebanggaan saya” begitu
ungkap Ibu Nyoman ketika memberikan sambutan. Ketua CSS MoRA Nasional, Imam
Sahal dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pun turut hadir diagenda tahunan
regional ini.
Tak
hanya silaturahim tanpa ada bobot pembicaraan, dalam acara tahunan yang
disebut ISTIHLAL ini terangkai dengan susunan acara mulai dari presentasi
proker tiap PTN dan pengumuman dari pengurus CSS MoRA Nasional terkait penjelasan
living cost (LC), sosialisasi program kerja CSS MoRA Nasional.
Memasuki agenda inti, diadakan Talk
Show yang diisi oleh Ketua ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia) Jatim,
Bapak Ismail Nachu dengan tema “Kami Santri Peduli Negeri”. Masing-masing dari
kita adalah pewaris sah bangsa ini, papar Bapak Ismail, kaum santri ditilik
dari akar historisnya adalah kaum yang muncul dari aktivitas keagamaan puritan,
yang kemudian turut pula berkontribusi dalam menggagas dan menopang gerakan
nasionalisme Indonesia. Dewasa ini, berbagai problema dilematis dihadapi bangsa
ini, permasalahan bangsa yang timbul sejauh ini lebih dikarenakan kaum terdidiknya
yang justru menjadi problem. Sebagai kaum
muda dan santri, seharusnya problem-problem itu diatasi. Bagaimana menangkap
ikan tanpa membuat airnya keruh, itulah baru cara santri menjawab permasalahan
dengan berani menetap dalam kebenaran.
“Saya berharap dari CSS muncul W.R.
Supratman atau Jenderal Sudirman yang punya mimpi tentang negerinya”. Sebab Indonesia
dengan segala permasalahannya bukanlah lantas terhidang utuk dijadikan kritik
agar terlihat sebagai kaum kritis, bukanlah solusi ketika lebih mengutuk kegelapan
dari pada menyalakan lilin. Karena dari awal tidak ada yang memilih untuk
dilahirkan menjadi orang Indonesia, “karena ibu saya orang Pasuruan, maka saya
harus menerima status saya sebagai warga negara Indonesia. Seandainya ibu saya
bukan orang Pasuruan, saya akan lebih memilih keluar negeri saja”, tukas bapak
Ismail. Dipenutup Tak Show Bapak Ismail Nachu berpesan “jika anda yang benar,
maka rubahlah sistem. Jika sistem yang benar, maka rubahlah diri anda”.
Setelah talk show kemudian
dilanjutkan dengan testimoni oleh alumni CSS MoRA yang telah kembali mengabdi
di Pondok Pesantren, yaitu Vicky Vendi alumni UA 2007 dan Lutfi alumni UGM. Mereka
menceritakan pengalaman dan gambaran apa yang mereka lakukan ketika kembali
kepesantren, mengabdi. Kemudian acara semakin dipermanis denga hiburan berupa
penampilan tari saman, banjari, games pengakraban dan penampilan dari
tiap PTN berupa tari-tarian, drama, dan
musikalisasi puisi menambah ruahnya canda tawa riang peserta yang berjumlah
lebih dari 400 orang. “Acara regional ini adalah tahun ke-4 sekaligus tahun
terakhir diselengarakan, namun semoga silaturahim 4 PTN di regional timur ini
tidak berakhir dan berhenti sampai di sini saja”, tutur M. Syafrizal Izaqi,
ketua CSS MoRA UA, mahasiswa Fakultas Fisip jurusan Hubungan Internasional.
(Ls)
0 komentar:
Posting Komentar