1. Tak ada yang sempurna dalam hidup ini. Kunci utama untuk
menjalani hidup yang penuh tantangan ini adalah rasa syukur terhadap apa yang
tuhan berikan kepada kita. Tidak mudah mengeluh di setiap keadaan yang tuhan
berikan kepada kita. Sebagai Mahasiswa Unair, yang berlandaskan excellent with morality,
kami dituntut selalu peduli dan bekarya untuk masyarakat. Rasa syukur menjadi
kunci kami dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Kami harus senantiasa tidak
melupakan identitas kami, bukan sekedar mahasiswa tapi sebagai Masyarakat
Indonesia yang menjunjung tinggi pancasila.
Banyak pelajaran yang kami dapatkan dari seorang tukang
becak bernama Pak Sodiq, beliau berasal dari Jember. Beliau meninggalkan
keluarganya untuk mencari nafkah di kota paglawan tercinta. Sejak tahun 1968
sampai sekarang beliau masih bertahan di kota ini. Beliau menuturkan bahwa
tidak mudah untuk hidup di kota besar seperti Surabaya. Beliau hanya berpesan
bahwa syukur merupakan kunci utama dalam hidup ini. Buktinya anak-anak beliau
sudah menjadi orang-orang yang sukses padahal bapaknya hanya seorang tukang
becak biasa. Selain rasa syukur selalu menyerahkan semua urusan kepada Allah
dan tentunya setelah berusaha.
Sebagai mahasiswa, tentunya banyak pelajaran yang bisa kami
ambil, diantaranya tidak pantang menyerah dalam menjalani semua rintangan
kehidupan ini. Tidak mudah meremehkan orang sekitar walaupun mereka kelihatanya
dibawah kita. Bisa jadi orang tersebut lebih tinggi kedudukanya di
hadapan
Allah.
Harapan kami sebagai mahasiswa dan tentunya Masyarakat
Indonesia, semoga pemerintah dapat memahami kondisi rakyat sebenarnya, dan
lebih peduli kepada rakyat Indonesia. Siapa lagi yang peduli terhadap Indonesia
tercinta kalau bukan kita. Akhir kata marilah kita berdo'a untuk kesejahteraan
dan keamanan negara tercinta harga mati.
Ahmad Rizal Arrosyad
2. "Alhamdulillah lolos PBSB"
Rasa syukur tak henti-hentinya kupanjatkan kepada Allah
S.W.T setelah mendapat kabar dari teman-teman dan salah seorang guruku bahwa
aku lolos seleksi PBSB (Program Beasiswa Santri Berprestasi) di Universitas
Airlangga jurusan Pendidikan Dokter Gigi. Sesuatu yang sangat sulit dipercaya
mengingat banyak santri-santri berprestasi se- Indonesia yang mengikuti seleksi
ini. Serasa mimpi. Namun, setelah aku melihat pengumuman di website, ternyata
hal ini 'nyata'. Aku sangat bersyukur karena dapat membanggakan orang tua dan
guru-guru serta membawa nama baik pondok pesantren. Alhamdulillah...
Suatu sore, di sudut kota Surabaya..
Seorang bapak paruh baya duduk di becaknya. Namanya Pak
Slamet. Beliau berasal dari sebuah kota kecil di jawa timur, Nganjuk. Telah 20 tahun
merantau di ibu kota menjadi seorang tukang becak, meninggalkan istri dan dua
orang anaknya di Nganjuk. Anak sulungnya sudah bekerja di bidang desain di
sebuah perusahaan kecil di Surabaya. Anak keduanya bekerja di Nganjuk, Telah 20
tahun merantau di ibu kota menjadi seorang tukang becak, meninggalkan istri dan
dua orang anaknya di Nganjuk. Anak sulungnya sudah bekerja di bidang desain di
sebuah perusahaan kecil di Surabaya. Anak keduanya bekerja di Nganjuk, menemani
ibu dan adiknya yang sedang duduk di bangku kelas tiga sebuah SMK swasta di
Nganjuk. Bapak itu bercerita kepadaku "Anak bungsu saya baru naik kelas
tiga SMK dan harus membayar daftar ulang Rp. 2.000.000" seperti yang kita
tahu bahwa penghasilan seorang tukang becak tidak menentu, bapak itu
melanjutkan ceritanya "kerja setahun juga gak cukup, Mbak" lalu
bagaimana, Pak? "Untung ada saudara-saudara yang kelebihan rezeki dan mau
meminjami. Sudah ada yang mengatur rezeki kok, Mbak"
Kita, yang InsyaAllah diberi kecukupan oleh Allah, kadang
masih khawatir akan "besok makan
apa ya?" Padahal, jika kita mau terus berusaha dan menyerahkan semua
kepada yang mengatur alam semesta ini, You'll find your way.
Orangtua kita yang sudah tidak harus berpanas-panasan
dibawah terik matahari dan mengayuh pedal becak, mengapa kita tidak bersyukur
dan malah bermalas-malasan?
Jangan selalu melihat keatas, karena kita tidak akan tahu
bahwa di depan kita ada batu.
Fitri Mar'atus Sholihah
Pendidikan dokter gigi 2016
3. Alhamdulillah rasa syukur yang sebesar besarnya saya
panjatkan kepada allah SWT yang maha besar. Dengan kehendaknya dan kekuasaannya hingga saya bisa diterima di
kampus excellent with morality Universitas Airlangga.
Saya sangat kagum kepada bapak Shadiqin (seorang tukang
becak), dengan kegigihan dan usaha beliau lakukan sudah sejak tahun 1968 beliau
telah merantau dari Jember ke Surabaya dan berprofesi sebagai tukang becak,
meskipun uang yang beliau dapatkan tidak pasti hasilnya tiap harinya bahkan
kalau untuk makan sehari tiga kali pun kadang kadang tidak cukup,tapi dengan
kesabaran dan keyakinan beliau yakin dan berkat “masalah hasil tidak penting,
melainkan harus terus berjuang dan berusaha karena rizqi sudah diatur oleh
Allah SWT”.
Mendengar kata-kata yang beliau ucapkan kepada saya, membuat
saya sadar akan pentingnya proses dalam dalam suatu perjuangan, dan hasil
bukanlah segala-galanya. Beliau memotivasi saya agar bisa menjadi mahasiswa
yang sesungguhnya agar saya bisa mengubah nasib bangsa Indonesia kedepannya.
Mensejahterahkan rakyat,dan membangun bangsa indonesia melalui ilmu yang saya
dapatkan dari Universitas Airlangga, khususnya dalam bidang kesehatan agar
tidak ada lagi rakyat Indonesia yang hidup melarat. Maka dari itu sebagai
ksatria muda Airlangga sudah seharusnya kita bisa menjadi orang yang
benar-benar berguna bagi sesama manusia agar negara Indonesia bisa lebih baik
kedepan, karena nasib bangsa Indonesia berada pada pundak pemuda bangsa ini,
khususnya para mahasiswa. HIDUP MAHASISWA!!!!
Galang Tegar Indrawan
Pendidikan ners 2016
4. Alhamdulillah...kata itu selalu terucap disetiap detak jantung ini, apalagi saat aku bisa masuk dan diterima menjadi mahasiswi Universitas Airlangga 2016. Terlalu senang dan bersemangatnya hingga aku tidak bisa berkata-kata, yang pasti terimakasih selalu untuk ya rabbi, orang tua (keluargaku), pak kyai Asep, guru-guruku, dan tidak lupa Universitas Airlangga yang telah mempercayaiku untuk menjadi salah satu dari Ksatria Airlangga 2016.
Target wawancara kali ini adalah tukang becak, beliau
bernama Bapak Hasan Beliau sendirian disini karena beliau merantau mencari
nafkah untuk menghidupi istri dan enam anaknya yang beliau tinggal di Jember,
kota asal beliau. Bapak yang dulunya seorang tani hingga sekarang ini, bekerja
mulai pagi setelah subuh hingga tengah malam, penghasilan yang didapat satu
bulan berkisar satu juta, belum dipotong dari biaya hidup beliau sendiri di
Surabaya ini, dari ; makan, kos, becak yang beliau sewa dari teman, itu pun
beliau sering tidak tepat waktu bayarnya, hingga pernah dikejar-kejar oleh debt
collector, beliau tidak pernah pulang, sekali pulang beliau kembali bertani.
Selama menjadi mahasiswi insya Allah aku bisa menjadi
mawapres dan aktif di berbagai kegiatan intra dan ekstra kampus. Dan setelah
lulus nanti insya Allah aku bisa menjadi penemu sesuatu yang bermanfaat dan
mengabdi untuk Indonesia
Wassalamualaikum...
Khilyatud Diniyah
Pendidikan ners 2016
5. Alhamdulillah ditahun ini saya diberi kesempatan oleh Allah
SWT. melanjutkan studi di FK Universitas Airlangga Surabaya melalui jalur PBSB.
Meski awalnya merasa takut karena tidak ada sanak saudara, Alhamdulillah
setelah bertemu keluarga CSSMoRA saya merasa sangat bahagia dan semangat
tinggal disini.
Ketika awal masuk di Unair, kita semua maba melakukan PPKMB
Amerta selama sekitar 5 hari, dengan berbagai tugas yang diberi salah satunya
adalah mewawancarai beberapa pekerja tertentu dan saya memilih untuk
mewawancarai tukang becak. Beliau bernama Hasan, berumur 55 tahun asli dari
Jember dan menjadi tukang becak hanya sampingan sambil menunggu masa panen,
karena di desanya beliau memiliki sepetak sawah yang digarap sendiri. Beliau
memiliki 6 orang anak, dan seorang istri yang mengurusi keperluan keluarga. Pak
Hasan selama tinggal di Surabaya, hanya tidur di becak, memulai pekerjaannya
adalah ketika ada orang yang membangunkannya untuk menggunakan jasanya, sekitar
setelah 10 hari beliau pulang ke rumah. Meski dengan kehidupan yang sangat
sederhana, beliau selalu mensyukuri semua yang ada, ketika memiliki masalah,
beliau yakin pasti akan ditolong Allah SWT. karena Allah tidak akan memberi
kesulitan diluar kemampuan hambanya.
Saya merasa sangat bersyukur dengan apa yang ada, karena
lebih banyak orang yang kurang beruntung, tapi tetap mensyukuri apa yang ada.
Saya ingin selama kuliah disini bisa sambil mengabdi pada masyarakat dan
menolong orang2 yang kiranya bisa saya bantu. Semoga saya dan semua anak
kuliahan, terutama di Unair ini bisa memanfaatkan dengan maksimal waktu dan
ilmu yang kita miliki untuk dibagikan ke orang2 sbagai rasa syukur serta
pengabdian kepada masyarakat yang membutuhkan kita, aamiin.
#SejutaSenyumAirlangga
Siti Zakiyah I. M.
Pendidikan Bidan 2016
6. "Usaha dan Kerja keras"
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-NYA, sehingga saya bisa berada di Universitas Airlangga. Tanpa
kehendak-NYA saya tidak mungkin bisa menginjakkan kaki di tempat ini. Dan saya
berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung saya.
Sehubungan dengan yang ditugaskan, saya mewawancarai Bapak
Arman, alamat Pogot Selep Kenjeran Surabaya. Beliau berusia 33 tahun, pendidikan
terakhir SD, beliau memiliki seorang anak yang masih kelas 1 SD. Pekerjaan
beliau adalah tukang becak yang berpenghasilan sekitar Rp.20.000/hari. Keras
sekali dunia ini? Beliau juga bekerja sampingan sebagai tukang bangunan.
Kehidupan di kota sangat keras, susah mencari pekerjaan jika hanya dengan
ijazah SD. Beliau menjadi tukang becak karena tidak punya pekerjaan, karena
mempunyai keluarga, sehingga menjalankan pekerjaan apapun yang penting
berpenghasilan halal, termasuk tukang becak. Beliau berusaha dan bekerja keras
untuk kehidupan sehari-hari, memang sudah menjadi tanggung jawabnya. Bayangkan
dengan berpenghasilan Rp.20.000/hari, itu hanya bisa dibuatmakan saja. Lantas
bagaimana untuk membiayai anaknya yang masih sekolah? Saya turut bangga dengan
beliau. Semoga dengan cerita kehidupan Bapak Arman saya bisa mencontoh usaha
dan kerja kerasnya.
Peran saya sebagai mahasiswi adalah membawa perubahan yang
lebih baik, kritis dan peka terhadap perubahan lingkungan, menjadi generasi
penerus bangsa.
Setelah lulus, saya akan mengabdi kepada pondok pesantren
saya dan mengabdi kepada masyarakat.
Nisak Luvi M. I.
Pendidikan Bidan 2016
7. Negeriku Pengabdianku
Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT yang telah
memberikan ni’mat yang sangat luar biasa. Dimana saya bisa diterima di salah
satu universitas terbaik di Indonesia yakni Universitas Airlangga tepatnya di
Fakultas Farmasi program studi Pendidikan Apoteker. Rasa syukur tak hentinya
saya panjatkan selalu, karena ini merupakan suatu anugrah yang luar biasa bagi
saya.
Namun tugas saya disini tidaklah mudah, banyak tugas dan
amanah yang saya emban. Menyejahterakan bangsa adalah salah satu amanah saya,
sehingga tidak ada lagi masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan seperti
bapak berusia 46 tahun ini. Setiap hari beliau bekerja sebagai tukang becak
yang penghasilannya sangat tidak menentu,tidak lebih dari 30.000 setiap harinya
dan itu sangatlah tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup setiap hari.
Sementara beliau harus menghidupi 2 orang anaknya yang masih sekolah dan
seorang istri. Untuk bisa sedikit membantu memenuhi kebutuhan hidup, sang istri
ikut membantu dengan berjualan makanan di pinggir jalan, meskipun begitu
kebutuhan hidup tetaplah tidak cukup dan masih sangat kekurangan.
Inilah salah satu amanah bagi para pemuda penerus bangsa
khususnya para mahasiswa. Karena di tangan dan pundak merekalah nasib
kemakmuran bangsa. Tekun,ulet,pantang menyerah,optimis,kreatif dan inovatif
dalam belajar adalah salah satu kuncinya. Indonesia menanti kontribusi emas generasi
kristal penerus bangsa.
Lailatul Maghfiroh
Pendidikan Apoteker 2016
8. "Jalan yang terindah dari kehidupan yaitu ketika aku
dapat bersyukur atas apa yang telah aku miliki. Aku sadar, aku bukanlah apa-apa
tanpa semua nikmat yang Tuhan beri untukku. ”Mungkin itu salah satu ungkapan
rasa syukur saya pada Allah SWT yang telah memberiku nikmat sedemikian rupa
sehingga saat ini saya bisa menjadi salah satu mahasiswa baru Fakultas Farmasi
di Universitas Airlangga angkatan 2016 ini. Betapa bahagianya masuk di salah
satu Universitas terbaik di Indonesia dengan perjuangan yang saya rasa cukup
besar dimana saya tidak diterima di jalur SNMPTN dan SBMPTN. Ketika itu saya
merasa sangat bersalah karena telah membuat orang tua saya kecewa dan saya
sempat berpikir haruskah saya mengambil jalur mandiri dimana biaya yang harus
ditanggung cukup yakinlah Allah tidak
pernah tidur, Allah selalu mendengar doa hambanya selagi ia mau berusaha dan
saya sangat bersyukur karena dititik saya sudah merasa putus asa Allah memberi
sebuah nikmat yang sangat besar. Saya justru diterima melalui jalur beasiswa
dimana saya tidak mempunyai tanggungan pendidikan apapun. Sungguh Allah maha
berkuasa.
Rasa syukur tersebut memang harus selalu ditanamkan karena
saya merasa sangat beruntung dibandingkan dengan salah satu tukang becak yang
telah saya wawancarai beberapa hari yang lalu disekitar tempat tinggal saya
saat ini. Bapak tersebut bernama bapak Hasan yang berumur 55 tahun. Beliau
sudah bekerja di Surabaya menjadi tukang becak selama 5 rela merantau ke Surabaya demi seorang istri
dan 6 orang anak yang berada dikampung halamannya yakni di Jember. Beliau pun
tidak mempunyai tempat tinggal di Surabaya dan untuk tidur sehari harinya juga
di becak. Beliau rutin mengunjungi keluarga nya setiap satu bulan sekali dengan
membawa uang yang jika dirasa tidak cukup memenuhi kebutuhan keluarga yang
beranggotakan 8 orang tersebut yakni 2.500.000 itupun disaat bulan-bulan besar
namun ketika situasi yang tidak menguntungkan hanya bisa meraup sebesar satu
juta rupiah. Nah betapa beruntungnya kita yang hidup dengan kecukupan dibanding
dengan seorang bapak yang begitu penyayang terhadap keluarganya. Maka dari itu
bagaimana bentuk peran serta kita selama menjadi mahasiswa. Salah satu bentuk
peran kita yakni sebagai agen perubahan, mahasiswa bertindak bukan ibarat
pahlawan yang datang ke sebuah negeri lalu dengan gagahnya mengusir
penjahat-penjahat dan dengan gagah pula sang pahlawan pergi dari daerah
tersebut diiringi tepuk tangan penduduk setempat. Dalam artian kita tidak hanya
menjadi penggagas perubahan, melainkan menjadi objek atau pelaku dari perubahan
tersebut. Sikap kritis mahasiswa sering membuat sebuah perubahan besar dan
membuat para pemimpin yang tidak berkompeten menjadi gerah dan cemas.
Sebagai mahasiswa alangkah lebih baiknya kita juga
merencanakan apa yang harus kita lakukan ketika kita sudah lulus meruapakan bakal-bakal generasi penerus
bangsa dan penyambung estafet kepemimpinan bangsa. Mahasiswa adalah bibit-bibit
muda yang akan menggantikan pemimpin-pemimpin bangsa di masa depan kelak.
Menghadapi Era Masyarakat Ekonomi ASEAN dan persaingan global yang sudah dekat,
mahasiswa perlu mempersiapkan diri agar dapat bersaing dengan baik. Sebagai
mahasiswa juga semestinya memiliki solidaritas yang tinggi pada masyarakat agar
dapat membantu mereka dalam mempersiapkan diri, baik secara langsung maupun tak
langsung untuk memperkuat diri. Melalui wirausaha, besar harapannya peran dan
fungsi mahasiswa kepada masyarakat dapat dioptimalkan. Jika telah menemukan
aspek “why” yang tepat dan kuat, maka hambatan apapun akan selalu diusahakan
solusinya sekuat tenaga.
Jamilatul Fardha
Pendidikan Apoteker 2016
9."Pada saat itu "
Di pagi hari, dikala matahari belum menyapa, kaki - kakinya
yang penuh dengan keyakinannya melangkah untuk mencari rezeki, sedangkan aku
pada saat itu masih saja tertidur lelap terlena akan nikmatnya kasur empuk.
Dikala pagi telah terbit, bahu-bahu nya sudah mulai memikul
beban yang mungkin tidak sebanding dengan berat tubuhnya, sedangkan aku pada
saat itu bahu-bahu ku bermalas-malasan hanya membawa handuk serta sabun di
tangan untuk mandi.
Dikala mentari sepenggal naik, tangan-tangan nan kuatnya
lincah mencari harta karun untuk dia bawa kerumah, sedangkan aku pada saat itu
tangan-tanganku hanya bisa menikmati sarapan yang selalu tersedia didepanku.
Dikala surya sudah meninggi, muka nya yang penuh dengan
peluh serta sarat akan perjuangan menoleh kanan-kiri melihat apa saja yang bisa
ia bawa, sedangkan aku pada saat itu hanya bisa menahan kepalaku akan kantuk
yang tak tertahankan di bangku kelas.
Dikala mentari tenggelam, dia sedang sibuk menghitung apa
saja yang bisa ia bawa kerumahnya, sedangkan aku pada saat itu hanya melangkah juntai
untuk melangkah pulang.
Di kala malam menyelimuti, kaki-kaki nya penuh bahagia
melangkah ke rumah dengan mensyukuri apa yang dia dapat hari ini, sedangkan aku
pada saat itu terkadang hanya bisa menyesali apa-apa yang telah aku dapat
walaupun itu lebih dari cukup.
Disini aku sadar, aku masih harus belajar untuk bersyukur
akan kehidupan, dimulai dengan langkah pertama di gerbang ini, aku akan selalu
bersyukur akan kehidupan yang berkecukupan.
Nb : kiri memakai baju hitam pemeran "dia", kanan
memakai baju biru pemeran " aku "
Muhammad Ziddan Zaelani
Ilmu Gizi 2016
10. BERAMAL, WUJUD SYUKUR OPTIMAL
Saya adalah yang percaya bahwa dimanapun, bagaimanapun, dan
apapun saya sekarang adalah hal terbaik yg Allah berikan pada saya. Ditempatkan
di Universitas Airlangga, adalah salah satunya. Selama ini, status saya sebagai
santri di pondok pesantren membuat banyak orang meragukan saya bisa mendapatkan
pendidikan terbaik. Maka, saya sangat bersyukuratas nikmat dapat berada di
sini. Terlebih, tidak semua orang dapat menyandang status mahasiswa, seperti
halnya Pak Waras.
Pada pagi menjelang siang yang terik, saya melihat seorang
bapak menarik gerobak sampah sambil beberapa kali berhenti untuk menumpahkan
isi tong sampah ke gerobaknya. Saat beliau beristirahat, saya melakukan wawancara
singkat dengan beliau.
Pak Waras berumur 51 tahun, dengan mencurahkan 36 tahun
terakhir sebagai tukang sampah. Menjalani gaji lima ribu rupiah, hingga kini
menjadi dua juta perbulan.
Saat ayah Pak Waras meninggal, beliau yang tamatan STM harus
menghidupi adik-adiknya. Setelah mereka mandiri, barulah Pak Waras dapat
menikah dan sekarang memiliki dua anak. Demi keluarga, beliau rela
berpanas-panas dengan sampah dari dua RT, memilahnya juga agar dapat uang
rongsok. Belum lagi saat hujan turun, beban yang ia rasakan tentu semakin
berat. Namun baginya hal ini tidaklah berat karena beliau menjalani dengan
ikhlas.
Sebagai mahasiswa, tanggungan kita juga berat. Terlebih,
pesan guru saya saat di pondok yaitu ‘Amal harus didasari ilmu, Ilmu harus
menjadi amal’. Oleh sebab itu, karena mahasiswa adalah manusia pilihan yang
akan dibekali banyak ilmu, mahasiswa bertanggung jawab untuk banyak beramal di
kemudian hari. Itu adalah wujud syukur yang paling optimal dan nyata, yang
semoga bisa saya lakukan. Selama menjadi mahasiswa dan sampai seterusnya, saya
harus ikut berperan untuk agama dan negara, memperbaiki segala aspek kehidupan
bangsa.
“Asalkan bisa bersyukur, semua akan cukup,” ujar Pak Waras.
Kemudian, adakah alasan bagi kita untuk tidak bersyukur?
لئن شكرتم لازيدنكم ولئن
كفرتم ان عذابي
لشديد
QS. Ibrahim :7
Lina Juhaidah
Kesehatan Masyarakat 2016
11. Alhamdulillah berkat nikmat dari Allah SWT Saya diterima di Universitas Airlangga. Sholawat salam semoga tercurah pada Nabi Muhammad SAW.
Saya akan mengungkap sebuah cerita seorang tukang becak yang
luar biasa. Bapak Faizul namanya. Umur 38 tahun berasal dari Jember. Apa yang
membuatnya luar biasa? Beliau bekerja di Surabaya sebagai tukang becak sudah 20
tahun tanpa mempunyai tempat tinggal di Surabaya. Bayangkan! Sudah jauh dari
rumah dan mempunyai seorang istri juga tiga anak yang masih sekolah dasar.
Namun beliau mampu memenuhi kebutuhan keluarganya walaupun pendapatannya
pas-pasan. Seakan-akan tidak mungkin bagi seorang yang sehari-harinya bekerja
sebagai tukang becak mampu menghidupi keluarganya yang jauh darinya. Ketika
kutanya bagaimana kuncinya kok bisa menghidupi keluarganya, jawabannya sunnguh
luar biasa. Beliau berkata kuncinya adalah tekun usaha dan percaya pada rizqi
Allah. Semua sudah diatur dan dijamin oleh Allah.
Subhanallah! Disini dapat kita petik pelajaran. Peran kita
sebagai santri, pelajar dan mahasiswa seharusnya jangan pernah menyerah dalam
menggapai apapun khususnya untuk mencari ilmu dan bercita-cita tinggi. Pantang
menyerah! Hadapi semua cobaan! Karena Allah lah yang mengatur dan menjamin
kita. Karena Allah itu sesuai dengan prasangka hambaNya. Harapan dan peran kita
ketika sudah lulus dari sekolah adalah menjadi seorang yang bermanfaat bagi
orang lain, agama, nusa, dan bangsa.
Setiawan Khaizusysyarof
Pendidikan Dokter 2016
12. Alhamdulillahirrabbilalamin Allah memberikan kesempatan
kepada saya untuk lulus di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Dan saya
sangat bersyukur bisa menjadi salah satu mahasiswa fakultas kedokteran terbaik
di Indonesia lewat jalur beasiswa santri pula. Allah Maha Penyayang yang telah
memberi rezeki yang tidak terbatas kepada kita semua.
Pak Ali berumur 86 tahun. Beranggotakan 7 orang dalam
keluarga, mempunyai 5 orang anak. Anak-anak nya sudah menikah semua, dan hanya
lulusan SMA. Pekerjaan Pak Ali hanya sebagai tukang bersih-bersih jalan. Beliau
sudah menekuni pekerjaan ini dari orangtuanya yang dulu juga seorang tukang
bersih-bersih jalan. Pak Ali tidak pernah menimba ilmu di bangku sekolah. Pak
Ali berasal dari Madura. Istri pak Ali bekerja sebagai pekerja di pabrik
kerupuk nangka. Tapi pak Ali merasa sudah tercukupi atas rezeki yang beliau
dapat selama ini. Pada saat masih muda pak Ali juga pernah menjadi tukang
bersih-bersih di Jakarta. Sebelum ke Jakarta, pak Ali pernah juga merantau ke
Jogjakarta, Jawa tengah. Pak Ali juga punya keinginan untuk mencari pekerjaan
lain, tetapi beliau merasa pekerjaan ini sudah cukup untuk dirinya yang tidak
pernah merasakan duduk di bangku sekolah. Harapan pak Ali untuk mahasiswa
universitas Airlangga adalah agar selalu bangkit dan semangat meraih cita-cita
setinggi langit danw jangan sampai mudah menyerah lalu jatuh kebawah.
Saya harus bisa menjadi apa yang diharapkan pak Ali. Saya
harus bisa membawa nama baik santri, pesantren, dan juga kementerian agama yang
sudah memberikan bantuan kepada saya untuk bisa kuliah di Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga. Dengan belajar yang tekun dan aktif sebagai mahasiswa.
Saya harus membuktikan bahwa santri juga bisa berprestasi di dunia perkuliahan.
Saya harus bisa melanjutkan studi saya keluar negeri dan juga mengamalkan
ilmu-ilmu yang telah saya dapatkan kepada masyarakat khususnya pondok
pesantren.
Arfina Prihatini
Pendidikan Dokter 2016